Senin, 04 Februari 2013

Cinta RasulAllah Muhammad SAW

“Sesungguhnya terdapat dalam diri Rasul teladan yang baik bagi yang mengharapkan (ridha) Allah dan ganjaran di hari kemudian.” (QS Al Ahzab(33):21)

Dari potongan ayat di atas dapat diambil hikmah bahwa Rasulullah merupakan teladan yang baik dan kita cintai. Untuk bisa merasakan kecintaan yang begitu mendalam kepada Rasulullah saw, tentunya kita harus mencintainya terlebih dahulu, meneladaninya dan menjadikannya sebagai uswatun hasanah (suri teladan yang baik).


Cinta kita kepada Nabi saw merupakan suatu ibadah yang amat besar pahalanya dan juga merupakan tanda sempurnanya iman kita. Banyak ayat-ayat Al Quran maupun hadits2 Nabi saw yang menjelaskan ganjaran yang akan diperoleh seorang hamba dari kecintaan dia kepada Rasulullah saw, berikut diantaranya :

  1. Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ali Imran[3]:31).
  2. Anas bin Malik ra mengisahkan, “Ada seseorang yang bertanya kepada Nabi saw tentang hari kiamat, “Kapankah kiamat datang?” Nabi pun saw menjawab, “Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?” Orang itu menjawab, “Wahai Rasulullah, aku belum mempersiapkan shalat dan puasa yang banyak, hanya saja aku mencintai Allah dan Rasul-Nya saw” Maka Rasulullah saw bersabda, “Seseorang (di hari kiamat) akan bersama orang yang dicintainya, dan engkau akan bersama yang engkau cintai.” Anas pun berkata, “Kami tidak lebih bahagia daripada mendengarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Engkau akan bersama orang yang engkau cintai.’” Anas kembali berkata, “Aku mencintai Nabi saw, Abu Bakar dan Umar, maka aku berharap akan bisa bersama mereka (di hari kiamat), dengan cintaku ini kepada mereka, meskipun aku sendiri belum (bisa) beramal sebanyak amalan mereka.” (HR. Al-Bukhari dalam Shahih-nya, lihat Fath al-Bari [X/557 no: 6171] dan at-Tirmidzi dalam Sunan-nya [2385]).  Dalam hadits di atas, Anas bin Malik ra merasakan kebahagiaan yang paling mendalam karena dalam hadits ini, Rasulullah saw mengabarkan bahwa seseorang akan bersama orang yang dicintainya, berarti ia akan bersama mereka di surga karena mereka adalah para penghuni surga yang paling tinggi. Meskipun Anas merasa tidak mampu untuk beramal sebagaimana amal mereka, namun ia yakin dan berharap cintalah yang akan bisa membawanya bersama mereka hingga hari kiamat, dan hingga masuk ke dalam surga di sisi-Nya. Berbahagialah orang yang memberikan cinta yang paling besar kepada Nabi saw setelah Allah azza wa jalla. Kepada manusia-manusia yang diridhoi dan dicintai-Nya. Adapun sebaliknya, apabila seseorang menjadikan teladan , panutan dan orang yang dicintainya apalagi yang menjadi idola dalam hidupnya adalah ahli dunia, apalagi yang memiliki sifat, amal perbuatan,  keyakinan yang menyimpang bahwa bertentangan  dengan apa yang dimurkai-Nya, maka ia pun akan bersamanya di dunia dan nanti di akhirat ketika mereka terancam dengan api neraka
  3. Pada suatu hari Umar bin Khattab berkata kepada Rasulullah saw, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali dari diriku sendiri.” Rasulullah saw pun menjawab, “Tidak, demi Allah, hingga aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri.” Maka berkatalah Umar, “Demi Allah, sekarang engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri!” (HR. Al-Bukhari dalam Shahih-nya, lihat Fath al-Bari [XI/523] no: 6632)
  4. Dalam hadits lain, Rasulullah saw bersabda, “Demi Allah, salah seorang dari kalian tidak akan dianggap beriman hingga diriku lebih dia cintai dari pada orang tua, anaknya dan seluruh manusia.” (HR. Al-Bukhari dalam Shahih-nya, lihat Fath al-Bari [I/58] no: 15, dan Muslim dalam Shahih-nya [I/67 no: 69])
Banyak sekali hadits2 yang senada dengan hadits di atas, yang menekankan wajibnya mencintai Nabi saw, karena hal itu merupakan salah satu inti agama, hingga keimanan seseorang tidak dianggap sempurna hingga kita  merealisasikan cinta tersebut. Hanya saja yang sangat memprihatinkan, banyak orang yang mengaku cinta dan rindu pada Rasulullah saw, tapi sedikit sekali mengingatnya, tidak mengikuti ajarannya, tidak benar2 meneladaninya, enggan menghidupkan sunnah2nya, padahal makna meneladani Rasulullah saw adalah dengan mengerjakan perbuatan seperti perbuatan yang beliau kerjakan/ajarkan, sesuai dengan ketetentuan hukum yang beliau tetapkan. Karena itu dalam mengikuti Rasulullah saw kita harus mengetahui status hukum yang ditetapkannya. Apa pun ketetapan hukum yang berasal dari beliau, kita ikuti dan patuhi tanpa membantahnya. Ketika Rasulullah saw mewajibkan sesuatu, kita pun turut mewajibkannya. Kalau beliau mensunnahkannya, kita juga mensunnahkannya. Saat beliau mengharamkan sesuatu, maka kitapun mengharamkannya juga. Demikian pula pada saat beliau memakruhkan atau memubahkan sesuatu, kita mengikutinya. Jadi, meneladani Nabi saw itu adalah kita beramal seperti yang dikerjakan beliau, sesuai dengan arahnya (hukum yang ditetapkannya).


BERIKUT BBERAPA HAL YANG HARUS KITA PERHATIKAN DALAM MENGIKUTI DAN MENELADANI RASULULLAH SAW :

  1. Makna mengikuti Rasul adalah mengikuti syariat yang dibawa oleh Rasulullah saw, Allah SWT berfirman : “Apa saja yang dibawa Rasul kepada kalian, terimalah; Apa saja yang dilarangnya atas kalian, tinggalkanlah; dan bertaqwalah kalian kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya” (QS Al-Hasyr:7)“Tidaklah patut bagi laki-laki mukmin maupun bagi perempuan mukmin, jika Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Siapa saja yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya dia telah sesat secara nyata” (Q.S Al-Ahzab:36).  Bahkan kesediaan mengikuti ketetapan dan keputusan hukum Rasulullah saw mencerminkan  keimanan. "Tidak ada keimanan tanpa ketaatan pada syariat Islam (QS An-Nisa: 65)
  2. Syariat Islam diturunkan oleh Zat Yang Maha Tahu tentang seluruh manusia dengan segala aspek kemanusiaannya. Perbedaan suku, bangsa, bahasa, tempat, dan waktu hidup bukanlah pembatas ataupun penghalang bagi penerapan syariat islam secara totalitas. Kewajiban penerapan syariat islam secara totalitas tetap dapat dilaksanakan sepanjang masa. Karenanya mengikuti Rasulullah saw merupakan perkara yang tetap relevan disemua jaman.
  3. Ajaran Islam yang dibawa dan dicontohkan Rasulllah sesuai dengan fitrah manusia. Setiap ajaran Islam berupa aqidah, ibadah, muamalah, dalam bidang sosial, politik, ekonomi, dan budaya pasti sesuai dengan fitrah manusia, sebab Islam berasal dari Allah SWT, yang  diperuntukkan bagi manusia, yang juga diciptakan oleh Allah SWT. Bukan hanya itu, mengikuti Rasulullah adalah kebaikan, perolehan kasih sayang, dan limpahan ampunan. Allah SWT berfirman : Katakanlah,”Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Q.S Al-Imran:31)

Sahabat2ku semua, sekarang mari kita tanyakan pada diri kita, bagaimana kita selama ini, apakah kita telah benar2 mencintai Rasulullah saw dan  sudah benarkah kita selama ini dalam mengikuti dan meneladani beliau? Inginkah kita bersama2 dengan Rasulullah saw di surga nanti?  Sudahkah kita beramal sesuai tuntunan Rasulullah saw? Karena selain ikhlas, syarat diterimanya sebuah amal haruslah sesuai dengan tuntunan/ajaran Rasulullah saw.  "Barang siapa mengerjakan suatu amalan yang tidak ada tuntunan (ajaran)nya dari kami, maka amalan itu akan tertolak (di sisi Allah SWT)." (HR. Muslim).

Hanya bagi hamba yang telah benar2 mencintai dan meneladani Rasululah saw dgn ikhlas saja yang dapat merasakan getaran rindu seperti yang Uje uraikan di bbmnya diatas. Bila kita ingin merasakan nikmatnya rasa rindu kepada Rasulullah saw yang benar2 memenuhi seluruh hati dan perasaan kita, yaitu rasa rindu yang indah, yang tidak akan bisa kita lukiskan dengan kata2,  maka mulailah dengan mencintai Nabi Muhammad saw, ikhlas dan tidak merasa keberatan menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya, yang disampaikan melalui Rasululah saw, tidak merasa berat menghidupkan sunnah2nya. InsyaAllah kita akan merasakan nikmatnya cinta dan kerinduan yang mendalam kepada Allah SWT dan kepada Rasulullah saw.

Dan bila kita telah merasakannya, maka kita pasti tidak akan mau kehilangan semua itu, karena akan terasa sangat sakit dan sedih sekali, apabila kita pernah mampu merasakannya, maka kemudian dikarenakan kelalaian kita dan maksiat yang kita lakukan, maka kita jadi tidak bisa merasakan getaran cinta dan rindu yang sangat luar biasanya itu lagi. Insya Allah semua nikmat cinta dan rindu itu, akan membuat kita jadi lebih berhati2 agar tidak berbuat maksiat yang bisa mengakibatkan kita jadi kehilangan semua nikmat surga dunia yang sesungguhnya itu. Karena mencintai Allah SWT dan Rasulullah saw dengan sepenuh hati,  merindukan pertemuan denganNya dan rasulNya, adalah kebahagian sejati dan surga dunia yang sesungguhnya. 
 

0 komentar:

Posting Komentar